Ubuntu 9.10 baru saja dirilis. Sebenarnya saya tidak mau mencoba karena menurut yang saya baca dari internet tidak ada apapun yang menurut saya cukup keren untuk membuat saya menghapus 9.04 yang saya sukai. Namun akhirnya saya memutuskan untuk tetap mendownloadnya. Dan setelah di download... biasa lah. Ada dorongan alami untuk menginstallnya. Jadi deh diinstall.

Begitu menginstall, yang nampak jelas adalah layar loading yang berbeda. Kesannya lebih misterius gitu. Pertama booting butuh waktu 1 menit lebih dikit. Lebih lambat ketimbang 9.04 yang cuma sekitar 40 detik. Tapi kalo kecepatannya segitu sih masih ga ngefek. Kenceng.

Begitu selesai login, saya dapat kejutan.System Monitor menunjukkan kalau processor terpakai 100%. Padahal belum buka program apapun. Penasaran saya tekan kombinasi Ctrl+Alt+F1 untuk masuk ke mode cli. Ternyata penuh dengan pesan error yang intinya prosesor saya overheat. Dengan agak panik saya booting ulang dan masuk ke bios untuk mengecek suhu processor. 40 derajat celcius. What the....

Setelah puter2 di bios, saya melihat kalau settingan shut down ketika suhu melebihi ambang batas ternyata pada kondisi disable. Saya ganti menjadi 60 derajat celcius, kemudian booting ulang dan masuk lagi ke Linux. Viola. Sekarang processor saya terpakai 0%.

Di lihat-lihat, kecuali panel jam di sudut kanan atas, tidak banyak perubahan berarti. Panel jam di kanan atas semakin fungsional, kayaknya. Theme default berubah semakin keren. Icon2 juga berubah, terlihat bagus, clean dan modern. Overall, penampakannya bagus deh.

Begitu digunakan, praktis tidak ada perubahan berarti selain add / remove software yang tambah keren dan synaptic yang kini solid rock. Tidak lagi ditemukan layar terminal synaptic yang hitam kosong tidak menampilkan pesan apapun.

Rada bosan, saya memutuskan menginstall gnome-shell. Sebuah preview bagaimana gnome versi 3.x nantinya bekerja. Hasilnya... waw. Keren.



Panel bawah menghilang. Panel atas berubah menjadi tombol start, program yang sedang aktif, jam, tray dan nama user yang bisa di klik untuk menu tambahan.

Start menu keren banget. Begitu tekan tombol Super_L (tombol windows), workspace mengecil dengan semua window yang terbuka disusun agar kita dapat memilih dengan mouse. Di sisi kiri ada side panel. Tinggal ketik nama program yang ingin dipanggil, nantinya akan dimunculkan daftar2 program yang sesuai dengan ketikan kita. Mirip gnome-do atau launcher gitu. Kalo lupa, ada tombol more untuk menampilkan menu yang mirip dengan start menu yang lama. Lalu dibawahnya ada tempat yang kita bookmark seperti Home, Documents dll. Dibawahnya lagi ada recently open document.

Kalau workspace kurang, di bagian bawah kanan ada tombol + untuk menambah jumlah workspace.

Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba memakai gnome-shell ini sebagai desktop default dengan mengesetnya di startup application. Hingga sekarang saya menulis artikel ini saya masih menggunakan gnome-shell. Walaupun beberapa bug sudah mulai muncul, tapi saya senang menggunakannya.

Mungkin anda juga berniat mencoba?